Khutbah Jumat "Islam memerintahkan untuk menjauhi kebohongan atau hoaks"

KHUTBAH PERTAMA
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Tak ada pesan paling penting kepada kita kaum Muslim selain pesan takwa. Taati seluruh perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan tinggalkan seluruh laranganNya, baik kita merasa ringan atau berat untuk melakukannya. Hanya dengan takwa itulah, Allah akan meninggikan derajat kita.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Saat ini kita berada di era informasi. Setiap orang bisa menjadi sumber sekaligus penyebar informasi. Hanya dengan sentuhan jari, informasi bisa menyebar ke mana-mana. Sungguh, ini sangat bagus bila informasi yang beredar itu berisi tentang kebaikan dan mengandung kebenaran.
Namun, fakta tidak menunjukkan hal yang demikian. Banyak informasi yang bertolak belakang satu sama lain. Banyak informasi yang tidak jelas, konten maupun sumbernya. Banyak informasi yang bombastis dan cenderung berlebihan. Banyak bertebaran informasi bohong. Banyak fakta yang diputarbalikkan. Banyak informasi yang direkayasa tanpa fakta nyata. Dan, banyak informasi menyesatkan.
Hasilnya, ada orang jujur dicap pendusta. Pendusta dinilai jujur. Pengkhianat dipercaya dan diberi amanah. Sementara orang yang amanah dicap pengkhianat.
Mungkin era inilah yang diperingatkan oleh Rasul shallallahu alahi wa salam.:
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Tidak mungkin penyebaran informasi bohong atau hoaks berlangsung dengan sendirinya. Ada pihak-pihak yang sengaja melakukannya demi sebuah kepentingan. Akibatnya, satu kebohongan bisa beranak-pinak menjadi sekian banyak kebohongan.
Apa itu kebohongan atau hoaks, Ash-Shan’ani di dalam Subul as-Salâm menjelaskan, ash-shidqu (kejujuran) adalah apa yang sesuai fakta (mâ thâbaq al-wâqi’a). Sebaliknya, al-kadzibu (kebohongan/hoaks) adalah apa yang menyalahi fakta (mâ khâlafa al-wâqi’a). Inilah hakikat keduanya menurut jumhur.
Dalam pandangan Islam, kebohogan (al-kadzib) secara umum adalah haram. Berbohong, termasuk di dalamnya membuat berita bohong, adalah dosa dan haram hukumnya. Begitu pula menyebarkan berita bohong itu. Abdullah bin Mas’ud menuturkan bahwa Rasul shallallahu alahi wa salam bersabda:
Berbicara bohong juga dinyatakan sebagai salah satu karakter orang munafik. Hal itu menunjukkan bahwa berbohong merupakan dosa besar. Dalam hal ini, membuat tulisan bohong sama dengan berbicara bohong.
Semua bentuk berbohong dilarang untuk dilakukan oleh siapapun, kepada siapapun dan dengan maksud apapun. Termasuk berbohong untuk mendukung rezim penguasa. Rasul shallallahu alahi wa salam bersabda:
Membenarkan kebohongan penguasa adalah haram. Pelakunya bisa tidak masuk surga dan tidak diakui sebagai golongan Nabi shallallahu alahi wa salam. Apalagi berbohong untuk mendukung kebohongan penguasa atau membantu kezaliman penguasa.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Karena itu, Islam memerintahkan untuk menjauhi kebohongan atau hoaks dan tidak menyebarkannya. Untuk itu, Islam mensyariatkan tabayyun. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
Kata tabayyun bermakna klarifikasi. Itu menjadi kata kunci dalam menghadapi berita hoaks. Imam ath-Thabari memaknai kata tabayyun dengan menyatakan, “Endapkanlah dulu sampai kalian mengetahui kebenarannya. Jangan terburu-buru menerimanya.” (Ath-Thabari, Tafsîr ath-Thabarî, 22/268).
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi mengartikan tabayyun dengan menyatakan, “Telitilah kembali sebelum kalian berkata, bertindak atau memvonis.” (Al-Jazairi, Aysar at-Tafâsir, 4/119).
Karena itu dalam berbicara dan bermedia sosial, hendaknya seorang Muslim tidak gampang menge-share apa saja yang diterima. Rasul shallallahu alahi wa salam mengingatkan:
Semoga Allah menjaga kita dari tindakan yang bisa mendatangkan dosa. Aamiin
Khutbah II
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Komentar (0)
Komentar Facebook (0)